SEJARAH SINGKAT KOTA BINJAI
Berdasarkan penuturan para
orang tua yang di anggap mengetahui asal mula timbulnya Binjai,yang saat ini
menjadi kota binjai,dahulunya adalah sebuah kampung kecil yang terletak di tepi
sungai Bingai.Binjai sebanarnya adalah nama suatu pohon besar,rindang,tumbuh
dengan kokoh di tepi sungai Bingai yang bermuara di Sungai Wampu.pada tahun
1823 Gubenur Inggris yang berkedudukan di Pulau Penang telah mengutus John
Anderson untuk pergi ke pesisir Sumatera timur dan dari catatannya di sebutkan
sebuah kampung yang bernama Ba Bingai (menurut buku Mission to The Eastcoast of
sumatera-Edinbung 1826). Sebarnya sejak tahun 1822, Binjai telah di jadikan
bandar/pelabuhan dimana hasil pertanian lada yang diekspor adalah berasal dari
perkebunan lada di sekitar ketapangai (pungai) atau Kelurahan kebun Lada/Damai.
Perkembangan zaman
terus berjalan,pada tahun1864 Daerah Deli telah dicoba ditanami tembakau oleh
pioner Belanda bernama J.Nienkyis dan 1866 didirikan Deli Maatschappiy. Usaha
unutuk menguasai Tanah Deli oleh orang Belanda tidak terkucuali dengan menggunakan
politik pecah belah melalui pengangkatan datuk-datuk. Usaha ini diketahui oleh
Datuk Kocik,Datuk Jalil dan Suling barat yang tidak mau berkerja sama dengan
Belanda bahkan melakukan perlawanan. Bersamaan dengan itu Datuk Sunggal tidak
menyetujui pembarian konsensi tanah kepada perusahaan Rotterdenmy oleh Sultan
Deli karena tanpa persetujuan.Di bawah kepemimpinan Datuk Sunggal bersama
rakyatnya di Timbang Langkat (Binjai) dibuat Benteng pertahanan untuk
menghadapi Belanda.
Dengan tindakan
datuk Sunggal ini Belanda merasa terhina dan memerintahkan kapten koops untuk
menumpas para datuk yang menentang belanda. Dan pada 17 Mei 1872 terjadilah
pertempuran yang sengit antara Datuk/masyarakat dengan belanda.peristiwa
perlawanan ini lah yang menjadi tonggak sejarah dan di tetapkan sebagai hari
kota binjai perjuangan para Datuk/rakyat terus berkobar dan pada akhirnya pada
24 Oktober 1872 Datuk Kocik,Datuk Jalil dan Suling barat dapat ditangkap
belanda dan kemudian pada tahun 1873 di buang kecilacap. Pada tahun 1917 oleh
pemerintah belanda di keluarkan Instelling Ordonantie No.12 dimana binjai di
jadikan Gemente dengan luas 267 Ha.
Pada tahun
1942-1945 Binjai di bawah pemerintahan jepang dengan kepala pemerintahannya
adalah kagujawa dengan sebutan guserbu dan tahun 1944 /1945 pemerintahan kota
di pimpin oleh ketua Dewan Eksekutif J.Runnanbi dengan anggota Dr.RM
Djulham,Natangsa Sembiring dan Tan Hong Poh.
Pada tahun 1945
(saat revolusi) sebagai kepala pemerintahan binjai adalah RM.Ibnu dan pada 29
Oktober 1945 T.Amir Hamzah diangkat menjadi residen Langkat oleh komite
nasional dan pada masa pendudukan belnda 1947 binjai berada di bawah asisten
residen J.Bunger dan RM.Ibnu sebagai wakil wali kota binjai pada tahun 1948
-1950 pemerintahan kota binjai di pegang oleh ASC More. Tahun 1950-1956 Binjai
menjadi kota Abministratif kabupaten Langkat dan sebagai wali kota adalah OK
Salamuddin kemudian T.Ubaidullah Tahun 1953-1956.Berdasar kan undang-undang
Daruat No.9 Tahun 1956 kota Binaji menjadi otonom dengan wali kota pertama
SS.Parumuhan.
Dalam perkembangan
nya kota binjai sebagai salah satu daerah tingkat II di propinsi sumatera utara
telah membenahi dirinyta dengan melakukan pemekaran wilayahnya. Semenjak
ditetapkan peraturan pemerintah No.10 Tahun 1986 wilayah kota daerah kota
Binjai telah di perluas menjadi 90,23 Km dengan 5 wilayah kecamatan yang
terdiri dari 11 desa dan 11 kelurahan.setelah diadakan pemecahan desa dan
kelurahan pada tahun 1993 maka jumlah desa menjadi 17 dan kelurahan
20.perubahan ini berdasarkan keputusan gubenur sumatra utara No.140-1395
/SK/1993 tanggal 3 Juni 1993 tentang pembentukan 6 desa persiapan dan kelurahan
persiapan di kota Binjai. Berdasarkan SK gubenur sumatera utara
No.146-2624/SK/1996 tanggal 7 Agustus 1996,17 desa menjadi kelurahan.